Minggu, 17 Maret 2013

SEMINAR PENDIDIKAN :ANAKKU NAKAL ATAU CERDAS ???





Ahad,17 Maret 2013
seminar pendidikan kali ini yang dihadiri 250 guru PAUD TAAM , KB, TK sesurabaya ,perwakilan UPTD BPS Dukuh Pakis ,Sekjen BKPRMI,Direktur LPPKS dan bapak Drs.Totok Isnanto, selaku Kasi PAUD Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebagai narasumber, acara yang diadakan di TAAM Anak Sholeh di JL Jogoloyo 4 no 14 Surabaya  ini dibuka dengan penampilan senam taam dilanjutkan pentas seni santri yang begitu memukau anak seusia 4 tahun sudah hafal beberapa ayat suci Al Quran dengan terjemahannya dengan pola rumah Qurani menghafal sambil bermain,subhanallah...
para guru yang hadir dibuat tercengan karena dari semua yang hadir belum tentu menguasai yang dikuasai anak seusia 4 tahun,seminar hari ini kami rasakan banyak mendapatkan pencerahan dari bapak Drs.Totok Isnanto, selaku Kasi PAUD Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur beliau menyampaikan bahwa tidak ada anak nakal yang ada anak terlahir fitrah lingkungannya lah yang membentuk anak menjadi apa dan menjadi siapa,....
Beliau menyampaikan mengajak para orang tua untuk kembali belajar banyak tentang kenakalan anak dan apakah perilaku-perilaku anak yang sering dianggap orang tua ”kelewatan” memang merupakan sebuah kenakalan. Karenanya, buku ini diawali dengan pembahasan tentang paradigma nakal yang salah dimengerti oleh orang tua. Ketika anak-anak terlalu banyak bermain dan sulit belajar misalnya, maka anak sering dijustifikasi dengan sebutan nakal. Padahal bisa saja hal tersebut disebabkan kebosanannya, atau pendekatan belajar yang digunakan tidak menarik, atau karena dunia anak memang dunia permainan. Menurut beliau, bermain adalah hadiah alam yang berharga bagi putra-putri kita. Ia merupakan ’alat canggih’ yang memungkinkan seorang anak untuk masuk dalam kegiatan yang paling serius, penting, dan paling mengundang minat.
Praktek labelling atau pemanggilan anak dengan label nakal perlu dihindari oleh orang tua maupun guru. Meski pada awalnya label nakal tersebut masih sangat imajiner (tidak dikenal) oleh anak dan sebenarnya tidak ada hubungan dengan dirinya, tetapi seiring dengan seringnya kata tersebut diarahkan kepada dirinya maka ia menjadi semakin realistik dan dekat. Karenanya, labelling perlu digantikan dengan afirmasi yang lebih positif dan baik bagi perkembangan anak. Totok mengingatkan tentang teori siklus 21 dari Thomas L Madden yang menjelaskan tentang terjadinya pelekatan label buruk atau afirmasi yang terjadi pada hari ke 21, meski pada awalnya terjadi penolakan. Sungguh luar biasa dan sahih apa yang diperjuangkan Al-Qur’an dalam penolakan tanabuz bi al-alqab (saling memanggil dengan julukan buruk) pada surat al-Hujurat ayat 11. Praktek ini sebenarnya menistakan diri sendiri meski kelihatannya merendahkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar